Jumat, 09 September 2016

Bermain, Cara asyik membuat sikecil lebih cerdas

Bermain diluar ruangan
(KB.Tuhfatul Athfal)


BERMAIN.....

Merupakan kebahagiaan yang luar biasa dirasakan anak-anak kita, ketika mendapatkan perhatian dari orang-orang terdekat mereka. Termasuk kita sebagai ayah,bunda ataupun guru mereka.
Bermain bersama adalah salah satu bentuk perhatian yang mudah dilakukan, namun kadang kita tidak dapat (mau/sempat) melakukannya. Dengan alasan pekerjaan yang bertumpuk dan kesibukan yang padat menyebabkan kita kurang memperhatikan hal ini.
Ketika anak menunjukkan mainan yang baru dibuatnya, biasanya akan terlontar kalimat, "Sudah sana...Ayah/Ibu sedang repot", sambil mengibaskan tangan. Ungkapan itu bagi kita seakan bermain bagi anak tidak ada manfaatnya, membuang waktu sia-sia dan melakukan kegiatan percuma. Namun, benarkah anggapan tersebut?
Barangkali ada baiknya bila kita renungkan kembali kemampuan-kemampuan yang saat ini kita kuasai. Bukankah berbagai kompetensi yang saat ini kita kuasai adalah buah dari proses panjang, tahap demi tahap, yang kita mulai semenjak kecil? Salah satu proses yang pernah kita lalui adalah bermain.
Sebagai orang tua tentu kita menginginkan anak-anak berkembang spiritualnya, emosi, intelegensi, serta fisiknya. Salah satu stimulasi yang dapat mendorong hal ini adalah dengan bermain.  Oleh karena itu seyogyanya kita memberikan kesempatan bermain, menjadi teman bermain dan menjadi motivator bagi mereka.
Dengan bermain bersama antara orang tua dan anak akan tercipta hubungan yang sangat erat. Hubungan yang erat ini akan melahirkan anak-anak yang berani bereksplorasi dalam mewujudkan ide dan gagasannya, mudah bergaul dengan teman-temannya dan selalu optimis serta gembira.
bermain didalam ruangan
(KB Tuhfatul Athfal)
ANAK BELAJAR DENGAN CARA BERMAIN              
Kadang kita berkata kepada anak-anak kita " Ayo belajar, jangan bermain terus " atau dengan kalimat-kalimat lain yang maksudnya sama. Ungkapan yang berkonotasi mengkontradisikan antara bermain dan belajar ini semestinya kurang tepat, meskipun ada pula permainan yang tidak mendidik, bahkan mengancam perkembangan jiwa dan fisik anak-anak kita. Contohnya adalah menonton tayangan kekerasan atau horor, adu jengkerik, bermain petasan dan lain sebagainya.
Memang secara akademis, pengertian bermain dan belajar adalah dua hal yang berbeda. Kemampuan akademis/kognitif seperti membaca, menulis dan berhitung biasa diberikan di bangku sekolah, sedangkan ketrampilan kerjasama, berimajinasi, bersosialisasi banyak didapatkan melalui aktivitas bermain. Tetapi bukan tidak mungkin kedua hal ini digabungkan, karena sekarang bisa kita temui kegiatan membaca, menulis dan berhitung yang dikemas dalam kegiatan bermain yang menyenangkan, sehingga tidak membosankan. Dengan demikian, belajar dan bermain bagi anak-anak nyaris tidak ada bedanya, karena memang lewat bermainlah anak-anak usia dini belajar tentang kehidupan.
Bagi anak-anak, bermain bukan sekedar hiburan ( entertainment ) namun lebih dari itu, yaitu berlatih menguasai dasar-dasar kecakapan hidup ( life skills ) yang akan berguna bagi perkembangan jiwa dan raga mereka. Ayah-Bunda, jika kita cabut anak-anak kita dari dunia bermainnya terlalu dini, maka kelak akan kita dapati adalah  orang-orang dewasa yang kekanak-kanakan.

   PRINSIP BERMAIN

Mendidik/ Bermanfaat
Bermain akan bernilai positif jika mengandung nilai pendidikan. Seperti mengembangkan kemampuan motorik ( halus dan kasar ), melatih verbal, latihan sosialisasi, mengembangkan emosi, melatih kecerdasan, terapi psikis, mengembangkan kreativitas, melatih matematika, dll.

Menarik
Cara mengajak bermain anak-anak haruslah kita sampaikan dengan bahasa, intonasi dan mimik muka yang ekspresif dan menanpakkan kegembiraan. Bentuk mainan yang lucu dan unik juga cara bermain yang jenaka akan menjadi daya tarik anak. Karena itu bermain harus bervariasi ( tidak monoton ) agar menambah pengalaman baru mereka. Semakin kaya anak-anak dengan pengalaman main maka akan semakin baik perkembangan mereka.Relevan
Dalam tingkat perkembangan usianya, anak-anak mempunyai kemampuan yang berbeda. Memilih permainan yang tepat dengan usia anak-anak akan berdampak positif bagi perkembangan anak-anak.

Sederhana
Bermain tidak harus dengan sarana yang mahal dan cara bermain yang rumit. Dengan memanfaatkan bahan-bahan di sekitar rumah, kita dapat mengajak anak-anak untuk bermain. Begitu banyak bahan-bahan untuk bermain di sekitar kita yang dapat dimanfaatkan untuk sarana bermain, seperti biji-bijian yang diisikan ke dalam botol plastik untuk bermain alat perkusi dengan si 3 tahun, bermain matematika dengan si 4 tahun dengan memanfaatkan kancing atau biji atau kerikil, dsb.

Aman
Menonton kekerasan di televisi, baik sengaja atau tidak sengaja akan berdampak negatif bagi perkembangan psikis dan perilaku anak-anak kita. Bermain layang-layang di jalan, bermain pisau tajam, bermain  petasan, botol kaca atau bahan kimia berbahaya tanpa pengawasan juga perlu dihindari. Tentu dengan sikap yang arif, mereka dapat dialihkan pada permainan yang aman, baik bagi jiwa maupun fisiknya.
Piaget, seorang psikolog perkembangan mengatakan bahwa bermain bukan saja mencerminkan perkembangan kognisi anak, tetapi juga memberikan sumbangan terhadap perkembangan kognisi itu sendiri. Anak-anak yang bermain sesungguhnya mereka sedang membangun dunianya. Sebagai orang tua semestinya kita patut bersyukur dan bangga atas kreatifitas mereka.
Perhatian, dukungan, perhatian dan pengakuan kita sebagai orang tua akan turut membangun kepercayaan diri dan mengembangkan kemampuan mereka. Sehingga hal ini akan menjadi modal penting untuk menapaki hari-hari mereka berikutnya.
Nah, ayah-bunda selamat bermain bersama anak-anak kita, semoga kedekatan emosi antara kita dengan anak-anak kita akan semakin terjaga….

Hidup Anak Usia Dini Indonesia…………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar